📰 Sjafruddin Prawiranegara: Presiden yang Terlupakan

 

TahukahKamu - Di antara nama-nama besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, sosok Sjafruddin Prawiranegara sering luput dari ingatan publik. Padahal, dalam masa genting dan penuh krisis, beliaulah yang memimpin Republik Indonesia ketika Soekarno dan Hatta ditawan oleh Belanda. Perannya sebagai Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) diakui secara de facto dan de jure sebagai Presiden Sementara Republik Indonesia. Namun, hingga kini, namanya jarang disebut sebagai presiden dalam narasi resmi sejarah bangsa.



📌 Latar Belakang

Sjafruddin Prawiranegara lahir pada 28 Februari 1911 di Serang, Banten. Ia adalah seorang pejuang, politisi, ekonom, dan tokoh Islam yang sangat dihormati. Pendidikan formalnya ia tempuh di Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia, dan ia dikenal cerdas serta memiliki integritas tinggi.


⚠️ Krisis 1948: Republik Tanpa Presiden

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dan berhasil menduduki Yogyakarta, ibu kota Republik Indonesia saat itu. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, dan sejumlah pemimpin lainnya ditangkap dan diasingkan.

Namun, sebelum ditangkap, Soekarno dan Hatta mengirimkan pesan penting kepada Sjafruddin, yang saat itu berada di Sumatra Barat. Isi pesan tersebut adalah mandat untuk membentuk pemerintahan darurat, agar eksistensi Republik tetap terjaga.


🏛️ Lahirnya Pemerintahan Darurat (PDRI)

Pada 22 Desember 1948, Sjafruddin secara resmi mendirikan dan memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatra Barat. Dalam situasi sangat sulit dan bergerilya, PDRI tetap menjalankan pemerintahan, menjaga hubungan luar negeri, dan memastikan bahwa Republik Indonesia tidak dianggap bubar oleh dunia internasional.

Tanpa PDRI, Republik Indonesia bisa saja dianggap berhenti eksis. Oleh karena itu, posisi Sjafruddin kala itu sangat strategis — ia menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan de facto.


📜 Penyerahan Mandat Kembali

Setelah Belanda mulai mundur dan Soekarno-Hatta dibebaskan, Sjafruddin menyerahkan kembali mandat kekuasaan kepada Presiden Soekarno pada 13 Juli 1949. Ia melakukannya tanpa ambisi kekuasaan, dan menunjukkan integritas yang sangat tinggi.


💰 Peran Lain: Menteri Keuangan dan Pendiri Bank Indonesia

Sebelum dan setelah peristiwa PDRI, Sjafruddin juga dikenal sebagai Menteri Keuangan pertama Indonesia yang mencetuskan "Gunting Sjafruddin" tahun 1950 — kebijakan untuk menstabilkan ekonomi dengan memotong nilai uang.

Ia juga menjadi Gubernur Bank Indonesia pertama, menjabat dari 1951 hingga 1958, dan dikenal sebagai ekonom yang sangat dihormati, baik secara nasional maupun internasional.


Mengapa Terlupakan?

Beberapa alasan mengapa nama Sjafruddin tidak populer sebagai “presiden”:

  • Ia tidak disebut secara eksplisit sebagai Presiden dalam banyak dokumen resmi, meskipun menjalankan fungsi kepala negara.
  • Pemerintah belum memasukkan namanya ke dalam daftar resmi Presiden RI.
  • Narasi sejarah cenderung berpusat pada figur besar seperti Soekarno dan Hatta.
  • Ia adalah tokoh independen yang kemudian berseberangan dengan kekuasaan pusat di era Soekarno.


🕊️ Pengakuan Terlambat

  • Tahun 2011, pemerintah secara resmi mengangkat Sjafruddin sebagai Pahlawan Nasional.
  • Namun, wacana pengakuan sebagai Presiden ke-2 Republik Indonesia (sementara) masih menjadi perdebatan.


🧠 Penutup

Sjafruddin Prawiranegara bukan hanya sekadar nama dalam lembar sejarah. Ia adalah penjaga nyawa Republik saat semua pemimpin ditawan, seorang negarawan sejati yang tidak gila kekuasaan, dan simbol kejujuran dalam politik Indonesia.

Mengakui perannya secara utuh bukan sekadar soal sejarah, tapi juga penghargaan terhadap integritas dan ketulusan dalam kepemimpinan.


“Kalau tidak ada PDRI, Republik Indonesia sudah dianggap lenyap.”
— Sejarawan Anhar Gonggong





Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google www.tahukahkamu.wiki  dan Channel Telegram 

 

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Sejarah Singkat Asal Usul Gunung Kidul : Dulu Lautan