Legenda Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat merupakan cerita rakyat terkenal dari daerah Sumatera Selatan, khususnya di wilayah Palembang, Lahat, dan Pagar Alam. Kisah ini menceritakan dua tokoh sakti yang memiliki kekuatan luar biasa dan sering berkelana ke berbagai wilayah. Mereka dikenal karena pengaruh besar terhadap bentuk dan nama-nama tempat di Sumatera bagian selatan.
1. Si Pahit Lidah (Serunting Sakti)
Si Pahit Lidah, atau dikenal juga sebagai Serunting Sakti, adalah tokoh yang mendapat julukan demikian karena memiliki kesaktian lewat lidahnya—apa pun yang ia ucapkan bisa menjadi kenyataan. Jika ia berkata buruk, benda atau orang yang dimaksud bisa menjadi batu atau musnah.
Menurut legenda, Serunting berasal dari suku Pasemah. Ia bertapa dan mendapat kekuatan dari alam setelah mengalami penghinaan dalam pertarungan melawan saudara iparnya sendiri. Setelah bertapa di Gunung Dempo, ia memperoleh ilmu sakti dan menjadi seorang pengembara.
Di sepanjang perjalanannya, Si Pahit Lidah sering mengutuk orang-orang yang tidak menghormatinya atau berlaku jahat. Banyak batu besar dan bentuk alam di daerah Sumatera Selatan dipercaya berasal dari kutukannya, seperti:
- Batu Menangis
- Batu Raja
- Batu Bego
2. Si Mata Empat (Sakti dari Palembang)
Si Mata Empat adalah tokoh sakti lainnya yang memiliki empat mata—dua di depan seperti biasa dan dua lagi di belakang kepalanya. Ia berasal dari Palembang dan dikenal memiliki kekuatan melihat masa depan, membaca pikiran, dan menyembuhkan penyakit. Ia lebih bijaksana dan sering menghindari konflik, lebih suka menasihati daripada menghukum.
Namun, karena pengaruh dan kekuatannya besar, ia juga dihormati sebagai orang suci dan pemimpin spiritual. Banyak orang datang kepadanya untuk meminta petunjuk, perlindungan, dan pengobatan.
Pertemuan Dua Tokoh Sakti
Menurut cerita rakyat, suatu hari Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat bertemu dalam perjalanan di hutan wilayah Lahat. Keduanya sama-sama sakti, dan orang-orang mengira mereka akan bertarung.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya: keduanya saling menghormati dan berbagi pengalaman tentang cara memimpin dan membantu masyarakat. Mereka sepakat bahwa kesaktian tidak seharusnya digunakan untuk menyakiti, melainkan membimbing dan menjaga alam serta masyarakat.
Setelah itu, mereka berpisah dan melanjutkan perjalanan masing-masing.
Warisan Legenda di Tanah Sumatera Selatan
Kisah mereka masih hidup dalam:
- Nama-nama batu dan gunung yang dianggap hasil kutukan Si Pahit Lidah.
- Cerita tutur turun-temurun di masyarakat Besemah dan Palembang.
- Pertunjukan teater rakyat, terutama di daerah Lahat dan Pagar Alam.
- Wisata budaya, seperti Batu Beghibu (Batu Menangis) dan situs-situs megalitikum yang dihubungkan dengan kedua tokoh.
Pesan Moral dan Nilai Budaya
- Kata-kata memiliki kekuatan besar: bisa menyembuhkan, bisa menghancurkan.
- Ilmu dan kekuatan harus dipakai untuk kebaikan, bukan untuk balas dendam.
- Hikmat dan bijaksana lebih kuat dari kekuatan fisik.
- Persaudaraan dan perdamaian lebih utama daripada pertarungan kekuatan.
Google www.tahukahkamu.wiki dan Channel Telegram
0 Komentar