Sejarah Bengkulu: Dari Koloni Inggris hingga Provinsi Modern Indonesia

 

1. Masa Awal: Wilayah Pesisir Barat Sumatra

Sebelum terbentuk sebagai wilayah administratif yang dikenal saat ini, wilayah Bengkulu merupakan bagian dari wilayah pesisir barat Pulau Sumatra yang dihuni oleh berbagai suku asli seperti Rejang, Serawai, Enggano, dan Pekal. Masyarakatnya telah menjalin hubungan dagang dengan para pedagang dari Minangkabau, Aceh, dan bahkan pedagang India dan Arab sejak abad pertengahan.

Wilayah ini dikenal sebagai daerah penghasil lada yang sangat berharga di pasar internasional pada abad ke-16 dan 17. Hal ini menjadi alasan utama mengapa kekuatan Eropa tertarik untuk menguasai daerah ini.




2. Era Kolonial Inggris (1685–1824): Lahirnya Bengkulu

Pada tahun 1685, British East India Company (EIC) mendirikan pusat perdagangan di pesisir barat Sumatra, yang kemudian menjadi Bencoolen (nama lama Bengkulu). Inggris membangun Benteng Marlborough yang megah (1713–1719), yang hingga kini masih berdiri sebagai saksi sejarah kolonialisme Inggris.

Inggris menjadikan Bengkulu sebagai pusat ekspor lada dan mencoba menjadikannya alternatif dari koloni mereka di India. Namun, karena kondisi geografis dan penyakit tropis, Bengkulu dianggap kurang menguntungkan secara ekonomi.

Pada masa inilah, seorang tokoh Inggris bernama Thomas Stamford Raffles (yang kelak mendirikan Singapura) pernah tinggal dan menjadi Residen di Bengkulu. Raffles juga membawa istrinya, Lady Sophia Raffles, yang makamnya kini masih ada di pemakaman Inggris tua di kota Bengkulu.


3. Perjanjian Inggris-Belanda (1824): Bengkulu Jadi Milik Belanda

Melalui Perjanjian London 1824, Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda, sebagai tukar guling dengan hak atas wilayah Malaka. Sejak saat itu, Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda. Di bawah pemerintahan Belanda, Bengkulu tidak berkembang pesat seperti wilayah timur Sumatra karena keterpencilan geografisnya.

Namun, Belanda tetap mengeksploitasi sumber daya alam daerah ini, terutama lada, kopi, dan hasil hutan, serta mulai memperkenalkan pendidikan dan administrasi modern secara terbatas.


4. Masa Pendudukan Jepang (1942–1945)

Seperti wilayah lain di Nusantara, Bengkulu juga jatuh ke tangan Jepang pada Perang Dunia II. Pemerintah Jepang memperketat pengawasan dan memberlakukan kerja paksa (romusha) terhadap penduduk lokal. Meskipun masa ini singkat, penderitaan rakyat sangat besar.


5. Masa Kemerdekaan: Perjuangan dan Integrasi (1945–1950)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Bengkulu menyatakan bergabung ke dalam Republik Indonesia. Namun, perjuangan mempertahankan kemerdekaan masih harus dihadapi, terutama dari Belanda yang mencoba kembali melalui Agresi Militer.

Bengkulu saat itu belum menjadi provinsi tersendiri dan masih merupakan bagian dari Keresidenan Bengkulu di bawah Provinsi Sumatra Selatan. Rakyat Bengkulu ikut aktif dalam perlawanan rakyat dan laskar-laskar perjuangan.


6. Masa Orde Lama dan Orde Baru: Provinsi Bengkulu Dibentuk

Bengkulu resmi menjadi provinsi ke-26 Republik Indonesia pada 18 November 1968, melalui UU No. 9 Tahun 1967 dan diresmikan pelaksanaannya pada 1968.

Sejak saat itu, pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan ekonomi mulai dilakukan secara perlahan. Di masa Orde Baru, pemerintah pusat mengembangkan wilayah ini lewat eksploitasi sumber daya alam seperti pertambangan batubara, perkebunan kelapa sawit, dan kayu hutan.


7. Era Reformasi dan Perkembangan Modern (1998–Sekarang)

Setelah era Reformasi, Bengkulu terus berbenah. Pemerintah provinsi fokus pada pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, pendidikan, dan pariwisata. Bengkulu dikenal sebagai daerah dengan kekayaan budaya dan alam yang menarik seperti:

  • Pantai Panjang
  • Danau Dendam Tak Sudah
  • Bunga Rafflesia Arnoldii (ikon flora langka dunia)
  • Benteng Marlborough
  • Rumah Pengasingan Bung Karno

Menariknya, Presiden Soekarno pernah diasingkan oleh Belanda ke Bengkulu (1938–1942), dan di sinilah ia bertemu dengan Fatmawati, wanita asli Bengkulu yang kemudian menjadi Ibu Negara pertama Indonesia.

Kini, Bengkulu terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kota, dengan Kota Bengkulu sebagai ibu kota provinsi. Provinsi ini aktif dalam pelestarian budaya, pengembangan wisata sejarah dan alam, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.



Bengkulu adalah provinsi yang memiliki sejarah panjang: dari koloni Inggris satu-satunya di Sumatra, pusat pengasingan Soekarno, hingga kini menjadi bagian penting dari wilayah barat Indonesia yang terus berkembang. Warisan sejarah kolonial, perjuangan kemerdekaan, dan kekayaan alamnya menjadikan Bengkulu unik di mata sejarah Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan