1. Masa Awal: Jambi dalam Peradaban Kuno
Wilayah Jambi sudah dikenal sejak zaman kuno sebagai bagian dari pusat peradaban di pesisir timur Sumatra. Sungai Batanghari—sungai terpanjang di Sumatra—menjadi jalur penting perdagangan dan penyebaran agama. Suku-suku asli seperti Melayu Jambi, Kubu, dan Batin hidup dari hasil hutan, pertanian, serta perdagangan dengan pedagang asing dari India dan Tiongkok.
2. Kerajaan Melayu dan Pengaruh Sriwijaya (Abad ke-7 – 13 M)
Pada abad ke-7, muncul Kerajaan Melayu Jambi, yang kemudian menjadi bagian dari kerajaan maritim Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur (686 M) dan Prasasti Karang Berahi adalah bukti eksistensi Jambi sebagai bagian dari Sriwijaya. Wilayah ini memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan penyebaran agama Buddha.
Setelah kemunduran Sriwijaya, Jambi mulai tumbuh sebagai kerajaan merdeka dengan identitas Melayu yang kuat.
3. Kesultanan Jambi (Abad ke-15 – 19 M)
Masuknya Islam ke Jambi dimulai sekitar abad ke-15 melalui para pedagang Arab dan Gujarat. Proses ini mengantarkan terbentuknya Kesultanan Jambi, yang menganut agama Islam dan menggantikan struktur pemerintahan kerajaan Hindu-Buddha sebelumnya.
Kesultanan Jambi menjadi pusat kebudayaan Melayu dan Islam di pesisir timur Sumatra. Ia menjalin hubungan dagang aktif dengan Johor, Aceh, dan bahkan Belanda serta Inggris. Namun, wilayah ini juga rawan konflik, baik internal maupun dengan kekuatan asing.
4. Penjajahan Belanda dan Perlawanan Rakyat (Abad ke-19 – Awal 20 M)
Kesultanan Jambi sempat menjadi wilayah semi-merdeka di bawah perlindungan Belanda. Namun, setelah penolakan Sultan Taha Saifuddin untuk tunduk sepenuhnya, terjadi konflik berkepanjangan antara Kesultanan dan Belanda.
Sultan Taha menjadi tokoh penting perlawanan terhadap kolonialisme. Ia berhasil mempertahankan Jambi selama bertahun-tahun hingga akhirnya gugur pada 1904. Setelah itu, Belanda membubarkan Kesultanan dan menjadikan Jambi sebagai keresidenan.
5. Masa Jepang dan Kemerdekaan (1942–1950)
Selama masa penjajahan Jepang, wilayah Jambi mengalami eksploitasi sumber daya dan penderitaan rakyat melalui kerja paksa (romusha). Namun, semangat perlawanan tetap tumbuh.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Jambi menjadi bagian dari Provinsi Sumatra, lalu Sumatra Tengah, sebelum akhirnya berdiri sebagai provinsi sendiri.
6. Provinsi Jambi Resmi Berdiri (1957)
Jambi ditetapkan sebagai provinsi ke-8 Republik Indonesia melalui UU No. 61 Tahun 1958, dan resmi memisahkan diri dari Provinsi Sumatra Tengah. Kota Jambi ditetapkan sebagai ibu kota provinsi.
Sejak saat itu, pembangunan mulai difokuskan di berbagai sektor: pertanian, kehutanan, dan transportasi sungai.
7. Era Orde Baru: Ekspansi Ekonomi dan Tantangan Lingkungan
Di bawah pemerintahan Orde Baru, Jambi mengalami pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor perkebunan (kelapa sawit dan karet), pertambangan, dan kehutanan. Namun, eksploitasi besar-besaran juga membawa dampak negatif seperti:
- Konflik lahan dengan masyarakat adat (Suku Anak Dalam/Kubu)
- Deforestasi
- Kebakaran hutan dan lahan gambut
Pembangunan terfokus di kawasan kota, sementara daerah pedalaman tetap menghadapi keterbatasan akses dan fasilitas dasar.
8. Era Reformasi dan Pembangunan Berkelanjutan
Setelah tahun 1998, Jambi mulai menata ulang pembangunan daerah dengan pendekatan yang lebih adil. Pemerintah provinsi aktif mendorong:
- Pembangunan infrastruktur jalan dan pendidikan
- Konservasi hutan dan Taman Nasional, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), salah satu situs Warisan Dunia UNESCO
- Pelestarian budaya Melayu dan komunitas adat, termasuk Suku Anak Dalam
- Peningkatan ekonomi kerakyatan di sektor UMKM, pariwisata, dan pertanian
Kini Jambi terbagi menjadi 9 kabupaten dan 2 kota, dengan peran strategis dalam menjaga ekosistem Sumatra dan jalur ekonomi Sumatra bagian tengah.
Sejarah Jambi mencerminkan perjalanan panjang dari wilayah kerajaan maritim Melayu, kesultanan Islam, perlawanan terhadap kolonialisme, hingga menjadi provinsi modern yang kaya budaya dan sumber daya alam. Identitas Melayu Islam, kekayaan ekologi, dan warisan perjuangan tetap menjadi bagian penting dalam membentuk wajah Jambi hari ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun
Google www.tahukahkamu.wiki dan Channel Telegram
0 Komentar