PETRUS, singkatan dari “Penembakan Misterius”, adalah operasi rahasia yang terjadi di Indonesia pada awal 1980-an, terutama di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. Operasi ini menimbulkan ketakutan luas karena banyaknya jenazah yang ditemukan dengan luka tembak misterius, tanpa proses hukum atau penjelasan resmi. PETRUS menjadi simbol dari praktik pelanggaran HAM yang sistematis dan bentuk represif rezim Orde Baru dalam menangani kriminalitas.
🔍 Latar Belakang Munculnya PETRUS
Pada awal 1980-an, Indonesia menghadapi meningkatnya angka kejahatan, terutama di kota-kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Surakarta. Kelompok kriminal seperti begal, perampok, dan preman meresahkan masyarakat.
Pemerintah Soeharto, yang saat itu mengusung stabilitas keamanan sebagai pilar utama kekuasaannya, menilai sistem hukum formal dianggap “tidak cukup cepat” untuk mengatasi premanisme. Maka, diambil jalan pintas: pemberantasan melalui pembunuhan di luar proses hukum.
🔫 Operasi PETRUS: Penembakan Tanpa Pengadilan
- Operasi ini mulai mencuat sekitar tahun 1983–1985.
Ciri khas PETRUS:
Korban biasanya adalah pria bertato, dicurigai sebagai kriminal.- Mereka ditembak mati, lalu jenazahnya dibuang di jalanan, sawah, atau sungai untuk ditemukan masyarakat.
- Beberapa mayat bahkan dibiarkan membusuk di tempat umum sebagai bentuk shock therapy.
- Jumlah korban tidak pernah diumumkan secara resmi. Namun, berbagai laporan menyebutkan ratusan hingga ribuan orang tewas dalam operasi ini.
📺 Pengakuan Soeharto
Uniknya, Presiden Soeharto sendiri secara tidak langsung mengakui PETRUS dalam otobiografinya “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya” (1989). Ia menyebut bahwa tindakan tersebut berhasil menurunkan tingkat kejahatan secara drastis. Namun, ia juga menegaskan bahwa tindakan itu hanya bersifat sementara dan “untuk memberi efek jera”.
⚖️ Kritik dan Pelanggaran HAM
PETRUS menuai kecaman keras, baik dari dalam maupun luar negeri:
- Tanpa proses hukum: Orang dibunuh tanpa bukti pengadilan.Salah sasaran: Banyak korban ternyata bukan pelaku kejahatan, hanya karena berpenampilan mencurigakan.Teror psikologis: Masyarakat hidup dalam ketakutan, terutama anak muda dan kaum miskin perkotaan.
Organisasi HAM internasional seperti Amnesty International dan Human Rights Watch mengecam operasi ini sebagai pelanggaran HAM berat.
🧠 Warisan PETRUS di Indonesia
PETRUS adalah salah satu contoh paling kelam dari otoritarianisme Orde Baru. Meskipun tujuannya disebut untuk "mengendalikan kriminalitas", operasi ini menjadi preseden buruk penggunaan kekerasan oleh negara.
Dampaknya masih terasa hingga kini:
- Kepercayaan publik terhadap aparat menurun karena praktik kekerasan.
- Budaya impunitas atau tidak adanya hukuman bagi pelaku di institusi negara.
- Tidak adanya pengadilan atau pertanggungjawaban hukum terhadap eksekutor atau perintah PETRUS.
Operasi PETRUS bukan hanya tentang penembakan misterius—tetapi tentang bagaimana negara bisa menggunakan kekuasaan dengan cara brutal, tanpa transparansi atau akuntabilitas. Ini menjadi pelajaran penting dalam sejarah Indonesia bahwa kestabilan tidak boleh dibangun di atas darah dan ketakutan, dan hukum harus ditegakkan berdasarkan keadilan, bukan kekerasan.
.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun
Google www.tahukahkamu.wiki dan Channel Telegram
0 Komentar