Oligarki di Indonesia: Pengaruh Elite dalam Politik dan Ekonomi


Istilah oligarki merujuk pada sistem kekuasaan yang dikendalikan oleh sekelompok kecil orang yang memiliki kekuatan besar—baik dalam hal kekayaan, militer, politik, maupun pengaruh sosial. Di Indonesia, praktik oligarki tidak tertulis secara formal dalam sistem hukum, tetapi banyak pengamat menilai bahwa kekuasaan elite sangat dominan dalam menentukan arah kebijakan negara.


🧭 Apa Itu Oligarki?

Secara etimologis, “oligarki” berasal dari bahasa Yunani:

  • Oligos berarti “sedikit”,
  • Arkhé berarti “kekuasaan” atau “pemerintahan”.

Oligarki berarti pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang. Dalam konteks modern, biasanya melibatkan kolaborasi antara elite politik dan elite ekonomi yang saling menopang untuk mempertahankan kekuasaan.


🏛️ Oligarki dalam Sejarah Politik Indonesia

1. Era Orde Baru (1966–1998)

  • Di bawah Presiden Soeharto, muncul kelompok elite yang dikenal sebagai “kroni”, yaitu para pengusaha, keluarga, dan militer yang dekat dengan penguasa.
  • Mereka diberi hak istimewa seperti konsesi bisnis, proyek pemerintah, dan monopoli sumber daya.
  • Kekuasaan terpusat di tangan segelintir orang di lingkaran dalam Cendana.

2. Era Reformasi (1998–sekarang)

  • Reformasi membawa harapan demokrasi dan desentralisasi.
  • Namun, kekuasaan oligarkis tidak hilang, hanya berubah bentuk: dari militer-bisnis ke partai politik-pengusaha.
  • Banyak pengusaha kaya masuk ke dunia politik (baik sebagai anggota legislatif, pejabat eksekutif, atau pendana partai), menciptakan hubungan saling menguntungkan antara modal dan kekuasaan.


🔁 Ciri-Ciri Oligarki di Indonesia

Politik Uang (Money Politics):
  • Pemilu dan pilkada dibiayai oleh cukong atau elite yang berharap imbal balik kebijakan.
Keterkaitan Politisi dan Pengusaha:
  • Banyak tokoh politik memiliki perusahaan besar atau menjadi komisaris di berbagai sektor.
Regulasi yang Menguntungkan Elite:
  • Beberapa undang-undang dan kebijakan dinilai lebih berpihak pada kepentingan korporasi besar ketimbang rakyat (misalnya UU Cipta Kerja).

  • Penyusunan Undang-Undang Tidak Partisipatif:
  • Rakyat sering tidak dilibatkan dalam proses legislasi penting, sedangkan kelompok elite justru dominan.


🧠 Contoh Kasus Oligarki di Indonesia

UU Minerba dan UU Cipta Kerja:
  • Banyak analis menilai bahwa regulasi ini lebih menguntungkan perusahaan tambang dan industri besar, dibandingkan buruh atau masyarakat adat.
Keterlibatan Pemilik Media dalam Politik:
  • Beberapa tokoh media besar juga menjadi ketua partai atau pejabat tinggi negara, yang bisa menciptakan konflik kepentingan.

  • Keluarga Elite di Politik:
  • Munculnya dinasti politik di berbagai daerah menunjukkan betapa kekuasaan bisa diwariskan dan dilanggengkan di tangan segelintir orang.


📉 Dampak Negatif Oligarki

  • Kesenjangan sosial dan ekonomi membesar.
  • Korupsi dan kolusi sulit diberantas karena elite saling melindungi.
  • Kebijakan publik tidak berpihak pada rakyat miskin atau kelompok rentan.
  • Demokrasi hanya bersifat prosedural, bukan substantif.


📢 Upaya Perlawanan dan Harapan

Meski kekuatan oligarki sangat kuat, masih ada ruang untuk perubahan melalui:

  • Keterlibatan masyarakat sipil, seperti LSM, mahasiswa, dan media independen.
  • Transparansi dan akuntabilitas, termasuk keterbukaan anggaran dan pengawasan publik.
  • Reformasi partai politik, agar lebih berbasis ideologi dan program, bukan uang.
  • Pendidikan politik rakyat, untuk memilih pemimpin yang bersih dan berpihak pada kepentingan umum.


Oligarki di Indonesia bukanlah sistem formal, tetapi praktik yang tumbuh subur dalam politik dan ekonomi karena lemahnya demokrasi substantif. Meski tantangannya besar, membangun sistem yang lebih adil dan berpihak pada rakyat masih memungkinkan—dengan kesadaran kolektif, kontrol publik yang kuat, dan reformasi yang terus diperjuangkan.




Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google www.tahukahkamu.wiki  dan Channel Telegram 

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan