Sejarah Freeport Indonesia: Dari Penemuan Tambang Hingga Nasionalisasi




TahukahKamu - Awal Mula: Penemuan Gunung Ertsberg (1936–1967)

Kisah Freeport Indonesia bermula dari penemuan gunung yang sangat kaya akan tembaga dan emas di wilayah pegunungan Papua. Pada tahun 1936, seorang geolog asal Belanda, Jean Jacques Dozy, menemukan formasi batuan yang aneh dan kaya mineral di kawasan Pegunungan Maoke, yang ia namai Ertsberg (bahasa Belanda: "Gunung Bijih").

Namun, lokasi Ertsberg yang sangat terpencil dan sulit dijangkau membuat pengembangannya tertunda selama beberapa dekade, terutama karena Perang Dunia II dan perubahan politik setelah kemerdekaan Indonesia.

Masuknya Freeport ke Indonesia (1967)

Setelah penyerahan Papua dari Belanda ke Indonesia (melalui PBB) pada tahun 1963 dan pelaksanaan Pepera tahun 1969, pemerintah Indonesia membuka kesempatan bagi investasi asing.

Pada tahun 1967, pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Suharto menandatangani Kontrak Karya (KK) I dengan perusahaan Amerika Serikat, Freeport Sulphur Company (kemudian menjadi Freeport-McMoRan). Ini adalah kontrak karya pertama di Indonesia pasca-1965, dan juga menjadi simbol awal terbukanya ekonomi Indonesia terhadap investor asing.

Proyek Tambang Ertsberg (1970–1988)

Operasi penambangan dimulai di Gunung Ertsberg pada awal 1970-an. Untuk mendukung operasionalnya, Freeport membangun kota tambang bernama Tembagapura, pelabuhan di Amamapare, serta jalur jalan dan infrastruktur lainnya yang luar biasa rumit di daerah pegunungan.

Penambangan Ertsberg menghasilkan keuntungan besar dan menjadikan Freeport salah satu penambang tembaga dan emas utama dunia. Namun, dampaknya terhadap masyarakat adat dan lingkungan mulai menjadi perhatian.

Penemuan Gunung Grasberg (1988)

Setelah eksplorasi lanjutan, Freeport menemukan deposit yang jauh lebih besar dan kaya dari Ertsberg, yaitu Gunung Grasberg, yang kini menjadi tambang emas terbesar di dunia dan salah satu tambang tembaga terbesar.

Produksi Grasberg dimulai pada akhir 1980-an dan mencapai puncaknya pada awal 2000-an, menjadikan Freeport Indonesia sebagai penyumbang devisa besar dan salah satu perusahaan tambang paling menguntungkan di dunia.

Isu Lingkungan, HAM, dan Konflik Sosial

Seiring waktu, Freeport menghadapi kritik luas atas:

  • Kerusakan lingkungan akibat limbah tailing.
  • Ketidakadilan terhadap masyarakat adat Papua.
  • Dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang melibatkan aparat keamanan di sekitar area tambang.
  • Ketimpangan ekonomi antara keuntungan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Kehadiran aparat militer di sekitar tambang juga kerap memicu ketegangan dan bentrokan dengan kelompok bersenjata Papua.

 Nasionalisasi dan Kepemilikan Mayoritas oleh Indonesia (2018)

Setelah negosiasi panjang, pada 2018, pemerintah Indonesia melalui BUMN tambang PT Inalum (sekarang MIND ID) membeli 51,2% saham Freeport Indonesia. Ini dikenal sebagai proses divestasi saham, yang merupakan bagian dari renegosiasi Kontrak Karya menjadi IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus).

Dengan ini, kendali atas Freeport Indonesia secara mayoritas beralih ke pemerintah Indonesia. Tambang tetap dikelola oleh Freeport-McMoRan dari sisi teknis dan operasional, namun dengan kepemilikan negara yang lebih besar.

Freeport di Era Modern

Saat ini, Freeport Indonesia telah mengalihkan operasional tambangnya dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, yang merupakan salah satu yang terbesar dan paling kompleks di dunia.

Tambang Freeport terus menjadi kontributor utama bagi:

  • Pendapatan negara (royalti, pajak).
  • Pendapatan daerah Papua.
  • Lapangan kerja lokal dan nasional.

Namun, tantangan tetap ada, termasuk soal transparansi, pembangunan berkelanjutan, dan penyelesaian masalah sosial di sekitar wilayah operasionalnya.



Sejarah Freeport Indonesia mencerminkan dinamika hubungan antara kekayaan alam, investasi asing, kepentingan nasional, dan hak masyarakat lokal. Dari awal penemuan Ertsberg hingga nasionalisasi, kisah ini mencerminkan perjuangan Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya secara berdaulat dan berkelanjutan.



Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google www.tahukahkamu.wiki  dan Channel Telegram 

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan