Kisah Lengkap Asal-Muasal Suku Melayu Deli

 


 Akar Rumpun Melayu

Suku Melayu Deli adalah bagian dari Rumpun Melayu yang secara luas mendiami wilayah pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, Kalimantan bagian barat, hingga sebagian pesisir Kalimantan Timur dan Selatan.
Rumpun ini berasal dari migrasi Proto-Melayu (±2.500 tahun lalu) dan Deutro-Melayu (±1.500 tahun lalu) yang datang dari daratan Asia melalui jalur Yunan dan Taiwan, menyebar ke Nusantara.
Ciri khas rumpun ini:

  • Budaya maritim (pelayaran, perdagangan laut)
  • Bahasa Melayu sebagai lingua franca
  • Sistem adat yang kental dengan nilai musyawarah dan gotong royong


Pengaruh Kerajaan Haru (Aru)

Sebelum istilah “Melayu Deli” dikenal, kawasan Deli adalah bagian dari Kerajaan Haru (Aru) yang berpusat di sekitar pesisir Sumatra Timur (± abad ke-13–16).

  • Kerajaan Haru dihuni oleh masyarakat pesisir beretnis Melayu yang sudah bercampur dengan pengaruh Batak Karo dari pedalaman.
  • Mereka dikenal sebagai pelaut tangguh dan pedagang rempah, emas, serta hasil hutan.
  • Kerajaan Haru sempat menjadi negara bawahan Majapahit dan kemudian Kesultanan Malaka sebelum ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh Darussalam pada awal abad ke-16.


Peralihan ke Kekuasaan Aceh

Setelah Aceh menguasai wilayah Haru, banyak penduduknya yang masuk Islam dan semakin menguatkan identitas Melayu-Islam.
Wilayah pesisir ini kemudian dijadikan wilayah vasal Aceh, diperintah oleh panglima yang diutus dari pusat. Inilah awal mula hubungan erat Melayu Deli dengan budaya Minangkabau dan Aceh.


Lahirnya Kesultanan Deli (± 1632)

Asal-usul langsung suku Melayu Deli bermula dari tokoh Tuanku Gocah Pahlawan, seorang bangsawan keturunan Minangkabau yang datang sebagai utusan Sultan Aceh, Iskandar Muda.

  • Ia menikah dengan putri bangsawan setempat keturunan raja Haru.
  • Perkawinan ini memadukan garis keturunan Melayu pesisir dengan pengaruh Minangkabau dan Aceh.
  • Dari sinilah lahir dinasti Kesultanan Deli, yang menjadi pusat budaya Melayu di wilayah Medan dan sekitarnya.


Pembentukan Identitas “Melayu Deli”

Istilah Melayu Deli mulai digunakan untuk menyebut masyarakat Melayu yang berada di bawah pengaruh Kesultanan Deli. Identitas ini dibentuk oleh:

  • Bahasa – Menggunakan Bahasa Melayu Deli, dialek Melayu yang kental dengan kosakata dari Minangkabau, Aceh, dan Karo.
  • Agama – Hampir seluruh Melayu Deli beragama Islam, yang menjadi inti adat mereka.
  • Adat dan Budaya – Adat istiadat mengikuti sistem Melayu pesisir, tetapi memiliki variasi khas Deli seperti musik gambus, zapin, dan penggunaan ulos dalam konteks tertentu akibat interaksi dengan Karo.
  • Sistem Sosial – Dipimpin oleh Sultan dan bangsawan, namun tetap terhubung dengan rakyat melalui lembaga adat.


Masa Kejayaan dan Percampuran Budaya

Pada abad ke-19, perdagangan tembakau Deli yang terkenal di Eropa membawa banyak pendatang dari Tiongkok, India, dan Jawa.
Melayu Deli tetap menjadi kelompok utama di istana dan desa-desa pesisir, tetapi juga menyerap unsur-unsur budaya asing melalui:

  • Kuliner (misalnya lontong Medan, kari, dan roti canai)
  • Pakaian (kombinasi baju kurung Melayu dengan ornamen khas Minang dan India)
  • Musik (alat musik seperti biola dan akordeon masuk ke orkes Melayu)


Masa Kolonial, Revolusi Sosial, dan Era Modern

  • Kolonial Belanda: Melayu Deli dipertahankan sebagai elite lokal, tetapi diatur di bawah sistem pemerintahan Hindia Belanda.
  • 1946 – Revolusi Sosial: Banyak bangsawan Melayu, termasuk di Deli, kehilangan kekuasaan akibat gerakan rakyat yang menolak sistem feodal.
  • Sekarang: Suku Melayu Deli tetap ada sebagai komunitas budaya, menjaga adat, bahasa, dan tradisi melalui perayaan Maulid Nabi, pesta adat, seni musik, dan tari zapin.


Ringkasan Ciri Khas Melayu Deli

  • Bahasa: Dialek Melayu Deli
  • Agama: Islam (mayoritas)
  • Pakaian Adat: Baju kurung labuh, songket, tanjak
  • Seni Budaya: Zapin, gambus, pantun, syair
  • Wilayah: Medan, Deli Serdang, sebagian Langkat, Serdang Bedagai

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Sejarah Perkembangan Suku Sakai