Sejarah Ideologi Nasionalisme dan Pencetusnya

 

Nasionalisme adalah paham yang menempatkan kesetiaan dan pengabdian tertinggi individu kepada bangsa dan negara. Ideologi ini menekankan pentingnya persatuan, identitas nasional, serta kebanggaan terhadap tanah air. Nasionalisme biasanya muncul sebagai reaksi terhadap penindasan asing, penjajahan, atau perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh suatu bangsa.

Walaupun secara umum nasionalisme berkaitan dengan cinta tanah air, bentuk dan tujuannya dapat berbeda-beda:

  • Nasionalisme sipil (civic nationalism): Menekankan kesetiaan terhadap negara berdasarkan nilai, hukum, dan hak kewarganegaraan.
  • Nasionalisme etnis (ethnic nationalism): Berdasarkan kesamaan suku, bahasa, budaya, atau agama.
  • Nasionalisme pembebasan: Memperjuangkan kemerdekaan dari kekuasaan asing.


Sejarah Perkembangan Nasionalisme

Akar nasionalisme modern mulai terlihat pada akhir abad ke-18, terutama dipengaruhi oleh Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789) yang menekankan kebebasan, kesetaraan, dan kedaulatan rakyat. Sebelumnya, loyalitas masyarakat lebih terikat pada raja, suku, atau agama, bukan pada negara bangsa.

Di Eropa, nasionalisme menjadi pendorong utama penyatuan negara-negara besar seperti:

  • Jerman (penyatuan pada 1871 di bawah Otto von Bismarck)
  • Italia (penyatuan pada 1861 dipimpin tokoh seperti Giuseppe Garibaldi dan Count Cavour)

Di dunia kolonial, nasionalisme berkembang sebagai semangat perlawanan terhadap penjajahan, seperti di India, Indonesia, Vietnam, dan negara-negara Afrika.


Pencetus Ideologi Nasionalisme

Tidak ada satu orang tunggal yang “menciptakan” nasionalisme, karena ide ini tumbuh dari perkembangan sejarah dan pemikiran kolektif. Namun, salah satu tokoh yang paling sering disebut sebagai pionir ideologi nasionalisme modern adalah Giuseppe Mazzini dari Italia.


Biografi Giuseppe Mazzini – Bapak Nasionalisme Modern

Nama lengkap: Giuseppe Mazzini
Lahir: 22 Juni 1805, Genoa, Italia (saat itu masih menjadi bagian dari Kekaisaran Prancis)
Meninggal: 10 Maret 1872, Pisa, Italia

Masa Muda

Mazzini lahir dari keluarga berpendidikan. Ayahnya seorang dokter dan pendukung gerakan revolusioner. Sejak kecil, Mazzini menunjukkan kecerdasan tinggi dan ketertarikan pada politik. Ia mempelajari hukum di Universitas Genoa, namun lebih tertarik pada isu kemerdekaan dan persatuan Italia yang saat itu terpecah menjadi banyak kerajaan kecil di bawah pengaruh asing.

Perjuangan Politik

Pada usia 26 tahun, Mazzini mendirikan organisasi rahasia bernama "Young Italy" (Italia Muda) pada tahun 1831. Tujuannya jelas: menyatukan Italia menjadi satu negara republik merdeka. Ia percaya bahwa setiap bangsa berhak menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan kekuatan asing.

Selain bergerak di Italia, Mazzini juga mendirikan gerakan internasional "Young Europe" yang menginspirasi gerakan nasionalis di berbagai negara Eropa.

Pemikiran Nasionalisme Mazzini

Mazzini melihat nasionalisme bukan hanya soal cinta tanah air, tetapi juga misi moral untuk memajukan umat manusia. Baginya:

  1. Bangsa adalah ciptaan alam dan kehendak Tuhan.
  2. Setiap bangsa harus merdeka agar bisa memberikan kontribusi pada kemajuan dunia.
  3. Nasionalisme harus berjalan bersama nilai kemanusiaan universal.

Akhir Hayat dan Warisan

Walaupun Mazzini tidak sempat menyaksikan Italia bersatu sepenuhnya pada 1861 (karena bentuknya awalnya kerajaan, bukan republik seperti yang ia cita-citakan), gagasan dan perjuangannya menjadi pondasi penting dalam penyatuan Italia. Ia dikenang sebagai "Bapak Nasionalisme Modern" karena mampu memadukan cinta tanah air dengan visi kemanusiaan.


Pengaruh Nasionalisme di Dunia

Setelah era Mazzini, nasionalisme berkembang pesat di seluruh dunia. Di abad ke-20, ide ini menjadi penggerak utama kemerdekaan banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, termasuk Indonesia dengan tokoh seperti Soekarno yang memadukan nasionalisme dengan anti-kolonialisme.

Namun, sejarah juga mencatat bahwa nasionalisme yang ekstrem bisa berujung pada konflik, seperti nasionalisme agresif yang memicu Perang Dunia I dan II. Karena itu, nasionalisme yang sehat harus tetap berpijak pada nilai kemanusiaan dan saling menghormati antarbangsa.

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan