Sejarah Tragedi Rawagede


📍 Lokasi: Desa Rawagede (kini Balongsari), Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat

📆 Tanggal: 9 Desember 1947

🩸 Korban: Sedikitnya 431 penduduk sipil tak bersenjata


🗺️ Latar Belakang

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Belanda menolak pengakuan tersebut dan berupaya kembali menjajah Indonesia melalui agresi militer.

Pada akhir 1947, Belanda melakukan Agresi Militer I, dengan alasan menumpas kelompok-kelompok "pengacau" atau "gerilyawan". Desa Rawagede menjadi target karena diduga menjadi tempat persembunyian Kapten Lukas Kustaryo, seorang pejuang Republik Indonesia.


🔥 Hari Pembantaian

Pada 9 Desember 1947, tentara Belanda dari pasukan Depot Speciale Troepen (DST) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel R. S. Westering mengepung Desa Rawagede.

Warga yang tidak bisa melarikan diri dikumpulkan di lapangan, dipaksa mengungkapkan lokasi Lukas Kustaryo. Karena tak seorang pun yang tahu (atau mau memberitahu), tentara Belanda mulai mengeksekusi warga satu per satu di hadapan keluarga mereka.

Sebanyak 431 orang laki-laki dewasa ditembak mati tanpa proses hukum, termasuk remaja dan orang tua.

Para wanita dan anak-anak yang selamat menyaksikan pembantaian brutal itu tanpa daya. Tidak ditemukan senjata atau perlawanan dari pihak warga.


⚖️ Tidak Ada Pertanggungjawaban Hukum

Meskipun peristiwa ini sempat dilaporkan dalam dokumen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan dunia internasional menyoroti kekejaman Belanda, tidak ada satu pun perwira atau prajurit Belanda yang diadili karena tragedi ini.

Laporan Komisi Jenderal Belanda sendiri mengakui adanya pembunuhan massal, namun tetap tidak ada tindakan nyata dari pemerintah Belanda saat itu.


🕊️ Pengakuan dan Permintaan Maaf

Baru pada 12 September 2011, setelah 64 tahun, Pemerintah Belanda secara resmi mengakui dan meminta maaf kepada keluarga korban Tragedi Rawagede.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan, menyampaikan permintaan maaf atas nama negaranya di hadapan para janda dan anak korban.

Belanda juga memberikan kompensasi kepada sembilan janda korban, masing-masing sebesar 20.000 euro (± Rp 250 juta).


🏛️ Monumen Peringatan

Kini, di Desa Balongsari, berdiri Monumen Rawagede untuk mengenang para korban. Setiap 9 Desember, upacara peringatan nasional digelar di sana sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka yang gugur tanpa pernah melawan.


Luka Sejarah yang Tak Boleh Terlupakan

Tragedi Rawagede adalah simbol kejahatan perang dan kekejaman kolonialisme Belanda. Ini bukan hanya bagian dari sejarah Karawang atau Jawa Barat, tetapi sejarah kelam bangsa Indonesia yang tidak boleh dihapus atau dilupakan.

Mengenangnya bukan untuk membuka luka lama, tetapi untuk memastikan bahwa kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan tetap dijunjung tinggi dalam setiap langkah bangsa ke depan.


Pada 9 Desember 1947, tentara Belanda (KNIL) memerintahkan eksekusi massal terhadap penduduk laki-laki di kampung Rawagede, Karawang (kini Balongsari). Mereka ditangkap tanpa proses hukum karena penduduk menolak mengungkap lokasi pejuang kemerdekaan, Kapten Lukas Kustaryo. Jumlah korban diperkirakan mencapai 431 jiwa menurut sumber Indonesia, sementara catatan Belanda menyebut 150 orang Wikipediatirto.idDetik News.

Korban ditempatkan secara berjajar dan ditembak tanpa peringatan, menandakan kejadian sebagai salah satu contoh pelanggaran HAM berat dalam Revolusi Nasional Indonesia WikipediaDetik News.


Akibat & Pengakuan Hukum

  • Trauma kolektif: Mayat-mayat ditutupi seadanya dan dikuburkan secara dangkal—menyebarkan bau serta ingatan kelam di kalangan penduduk ALL ABOUT JAWA BARAT.
  • Monumen dan memorial: Pada 1996, dibangun Monumen Perjuangan Rawagede lengkap dengan diorama, relief, dan makam massal sebagai pengingat dan penghormatan atas korban PERSOONACxomediaDetik News.

Di ranah internasional, setelah melalui proses panjang dan gugatan hukum, pada 2011 Pengadilan Den Haag memutuskan Belanda harus meminta maaf dan membayar kompensasi kepada keluarga korban, masing-masing sekitar €20.000 (sekitar Rp240 juta) Wikipediatirto.idKebudayaan. Permintaan maaf resmi disampaikan oleh Dubes Belanda pada 9 Desember 2011 EideardRepublika Online.


Mengapa Peristiwa Ini Penting

  1. Sekuel kekerasan kolonial: Menunjukkan pola kebrutalan dalam upaya Belanda mengembalikan kekuasaan pasca proklamasi kemerdekaan.
  2. Pengakuan atas keadilan akses: Mematahkan batas waktu inddlitigasi untuk kejahatan perang.
  3. Warisan sejarah: Monumen Rawagede menjadi ruang edukatif untuk generasi mendatang agar menghargai pengorbanan dan perjuangan rakyat.


Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google www.tahukahkamu.wiki  dan Channel Telegram 

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan