Sejarah dan Kisah Suku Tionghoa di Jakarta: Akulturasi dan Kontribusi dalam Dinamika Ibukota

 


Suku Tionghoa telah menjadi bagian integral dari sejarah Jakarta sejak abad ke-15. Kehadiran mereka tidak hanya menciptakan percampuran budaya, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam bidang ekonomi, budaya, dan sosial. Komunitas Tionghoa Jakarta mempunyai sejarah panjang yang penuh dinamika, mulai dari masa kolonial, Orde Baru, hingga era reformasi.

Artikel ini akan membahas:

  1. Kedatangan Orang Tionghoa di Batavia
  2. Peran Ekonomi dan Sosial pada Masa Kolonial
  3. Dampak Politik dan Diskriminasi Masa Orde Baru
  4. Kebangkitan Pasca-Reformasi
  5. Budaya dan Tradisi Tionghoa Jakarta

1. Kedatangan Orang Tionghoa di Batavia

Orang Tionghoa mulai berdatangan ke Nusantara sejak abad ke-15, ketika jalur perdagangan rempah antara Tiongkok dan Jawa ramai. Namun, migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-17 saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mendatangkan pekerja Tionghoa untuk membangun Batavia (Jakarta).

  • Era VOC (1619-1799) :Penguasa Belanda membawa buruh Tionghoa sebagai tukang, pedagang, dan petani lada.Pecinan pertama di Batavia dibangun di sekitar Glodok, Pinangsia, dan Petak Sembilan.Kapitan Cina (pemimpin komunitas) ditunjuk untuk mengatur komunitas Tionghoa.

Peristiwa Penting: Tragedi Pembantaian 1740

Pada Oktober 1740, Belanda melakukan pembantaian besar-besaran terhadap orang Tionghoa di Batavia yang dikenal sebagai "Geger Pecinan". Ribuan orang Tionghoa tewas, dan sisanya melarikan diri ke Jawa Tengah, bergabung dengan pemberontakan melawan VOC.

Peta Pecinan Batavia abad 18

Pemukiman Tionghoa di Batavia tahun 1740


2. Peran Ekonomi dan Sosial Masa Kolonial

Meskipun mengalami diskriminasi, komunitas Tionghoa berkembang pesat di sektor perdagangan dan industri.

  • Dunia Bisnis : Mereka menguasai perdagangan tekstil, teh, dan candu.
  • Industri Gula : Banyak mereka menjadi pengusaha pabrik gula di Jawa.
  • Organisasi Sosial : Didirikan berbagai Kongsi (perkumpulan dagang) dan Klenteng sebagai pusat budaya.

Tokoh Penting :

  • Oei Tiong Ham (Penyandang dana perjuangan kemerdekaan)
  • Liem Koen Hian (Aktivis pers dan pendiri Partai Tionghoa Indonesia)

3. Masa Orde Baru: Politik Diskriminasi

Pada masa Orde Baru, banyak kebijakan yang membatasi kehidupan etnis Tionghoa:

  • Larangan Budaya Tionghoa (1967-1998) → Imlek, Barongsai, dan aksara Mandarin dilarang.
  • Surat Bukti Kewarganegaraan (SBKRI) menyulitkan urusan administratif.
  • Ekonomi Dimonopoli Korporat Keturunan Tionghoa (Contoh: Liem Sioe Liong & Grup Salim)

Meski ditekan, komunitas Tionghoa tetap berperan besar dalam perekonomian Indonesia.


4. Kebangkitan Pasca-Reformasi

Setelah reformasi 1998, diskriminasi dihapus secara bertahap:
✅ Presiden Gus Dur mencabut larangan budaya Tionghoa (2000)
✅ Imlek jadi hari libur nasional (2003)
✅ Banyak tokoh Tionghoa masuk politik & pemerintahan (Contoh: Basuki Tjahaja Purnama/Ahok)

Warga Tionghoa kini aktif di berbagai bidang:

  • Ekonomi (Pengusaha Erick Thohir, Chairul Tanjung)
  • Seni & Hiburan (Naga Lain, Naga Dermawan, Bong Chandra)
  • Politik (Hary Tanoesoedibjo, Eka Tjipta Widjaja)

Festival Imlek di Jakarta

Festival Imlek di kawasan Glodok, Jakarta


5. Budaya & Tradisi Tionghoa Jakarta

Jakarta memiliki akulturasi budaya Tionghoa-Jawa-Betawi yang unik:

Kuliner 🥢

  • Soto Betawi Cina (Dengan kuah santan dan jeroan)
  • Bakmi Gang Kelinci (Legendaris di Kota Tua)
  • Kue Ku & Kue Keranjang

Seni & Festival 🎭

  • Barongsai & Liong (Dragon Dance)
  • Pernikahan Tionghoa dengan adat Betawi
  • Kesenian Gambang Kromong (Percampuran musik Tionghoa-Betawi)

Tempat Bersejarah 🏮

  • Klenteng Jin De Yuan (Glodok) – Tertua di Jakarta
  • Pasar Pancoran – Pasar tradisional Tionghoa sejak 1870-an
  • Petak Sembilan – Pusat kuliner & budaya Tionghoa Betawi


Etnis Tionghoa telah membentuk sejarah Jakarta selama berabad-abad. Meski pernah menghadapi diskriminasi, mereka tetap berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi, politik, dan budaya ibukota. "Cina Benteng" di Tangerang dan "China Town" Glodok merupakan bukti betapa budaya Tionghoa & Jawa-Betawi telah menyatu harmonis.

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan

Sejarah Negara Komoro