Sejarah Republik Maluku Selatan (RMS) dan Alasan Keinginan Pisah dari Indonesia

 


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah sebuah gerakan separatis yang muncul pada awal kemerdekaan Indonesia, dengan tujuan memisahkan diri dan membentuk negara merdeka. Gerakan ini diproklamasikan pada 25 April 1950 oleh tokoh-tokoh Maluku yang kecewa dengan perubahan politik di Indonesia pasca kemerdekaan. Walaupun gerakan ini berhasil ditekan oleh militer Indonesia, hingga kini semangat RMS masih hidup di kalangan diaspora Maluku, terutama di Belanda.


Latar Belakang Sejarah RMS

1. Masa Hindia Belanda

  • Pada masa kolonial Belanda, orang-orang Maluku, khususnya dari Ambon dan sekitarnya, dikenal sebagai kelompok yang loyal kepada pemerintah kolonial.
  • Banyak orang Maluku yang direkrut sebagai tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), yaitu tentara kerajaan Hindia Belanda.

2. Kemerdekaan Indonesia dan Konsepsi Federal

  • Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda menolak menyerahkan seluruh wilayah koloninya kepada Republik Indonesia.
  • Belanda kemudian membentuk negara-negara bagian dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), termasuk Negara Indonesia Timur (NIT) yang mencakup wilayah Maluku.
  • Namun, Indonesia segera bertransisi dari RIS menjadi negara kesatuan (NKRI) pada pertengahan 1950. Hal ini membuat beberapa kelompok federalis di Maluku merasa dikhianati.


Proklamasi RMS

  • Pada 25 April 1950, Chris Soumokil, mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur, memproklamasikan kemerdekaan Republik Maluku Selatan (Republik der Zuid-Molukken) dengan wilayah meliputi pulau-pulau Ambon, Seram, dan Buru.
  • Mereka menolak integrasi Maluku ke dalam negara kesatuan Republik Indonesia dan merasa lebih dekat secara budaya serta sejarah dengan Belanda.


Alasan Maluku Ingin Pisah dari Indonesia

1. Ketidakpuasan Terhadap Perubahan dari Federal ke NKRI

  • Banyak elit Maluku merasa bahwa negara federal menjamin otonomi daerah, dan perubahan ke sistem negara kesatuan akan menghilangkan hak mereka untuk mengatur diri sendiri.

2. Loyalitas terhadap Belanda

  • Banyak masyarakat Maluku, terutama kalangan Kristen Ambon, telah lama bekerja dalam struktur kolonial Belanda (terutama militer KNIL) dan merasa terikat dengan sistem kolonial daripada dengan Republik Indonesia.

3. Ketakutan terhadap Dominasi Jawa dan Islam

  • Beberapa kelompok Kristen Maluku khawatir akan dikuasai oleh pemerintahan pusat yang didominasi oleh suku Jawa dan mayoritas Muslim, yang dinilai bisa mengancam identitas budaya dan agama mereka.

4. Pengaruh Politik dan Militer Belanda

  • Pada saat proklamasi RMS, masih banyak pasukan KNIL yang loyal kepada Belanda di wilayah Maluku. Mereka digunakan untuk mendukung berdirinya RMS, meski akhirnya dikalahkan oleh tentara Indonesia.


Penumpasan Gerakan RMS

  • Pemerintah Indonesia menganggap RMS sebagai gerakan pemberontakan dan segera mengirim pasukan militer.
  • Pada bulan November 1950, Ambon, yang menjadi pusat pemerintahan RMS, berhasil direbut oleh militer Indonesia.
  • Chris Soumokil melarikan diri ke Pulau Seram, dan memimpin perang gerilya hingga ditangkap pada tahun 1963. Ia dihukum mati pada tahun 1966.


RMS di Pengasingan

  • Setelah kekalahan militer, sekitar 12.000 mantan tentara KNIL dan keluarga Maluku dibawa ke Belanda oleh pemerintah Belanda pada awal 1950-an.
  • Di Belanda, mereka mendirikan Pemerintahan dalam pengasingan RMS dan terus mengkampanyekan kemerdekaan Maluku Selatan.
  • Mereka menggunakan simbol seperti bendera RMS, lagu kebangsaan, dan menggelar demonstrasi hingga saat ini.


Situasi Saat Ini

  • Di Indonesia, gerakan RMS sudah tidak memiliki kekuatan militer dan hanya muncul dalam bentuk simbolik seperti pengibaran bendera RMS secara diam-diam, yang sering ditindak oleh aparat.
  • Di Belanda, masih ada aktivis RMS yang terus memperjuangkan kemerdekaan melalui jalur diplomasi dan kampanye internasional, meski semakin melemah seiring berjalannya waktu.
  • Pemerintah Indonesia menganggap RMS sudah tidak relevan dan merupakan bagian dari sejarah masa lalu.


Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) mencerminkan masa transisi sulit Indonesia dari kolonialisme ke negara kesatuan. Keinginan untuk merdeka lahir dari campuran faktor historis, identitas budaya, dan konflik politik yang kompleks. Meskipun kini tidak lagi menjadi ancaman serius, semangat RMS tetap menjadi bagian dari narasi sejarah perjuangan identitas di wilayah Indonesia Timur. Upaya dialog, keadilan, dan penghormatan terhadap keragaman adalah kunci mencegah konflik serupa di masa depan.



Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google www.tahukahkamu.wiki  dan Channel Telegram 

Posting Komentar

0 Komentar

Entri yang Diunggulkan