Asal Usul dan Sejarah Suku Rejang

 

Suku Rejang adalah salah satu suku tertua yang mendiami wilayah Bengkulu, terutama di daerah pegunungan Bukit Barisan. Persebaran mereka ada di Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Bengkulu Tengah, dan sebagian Bengkulu Utara.

Menurut penelitian sejarah dan linguistik:

  • Suku Rejang berasal dari rumpun Melayu Austronesia, sama seperti suku-suku lain di Sumatera.
  • Ada teori yang bilang bahwa leluhur Rejang datang dari arah Minangkabau (Sumatera Barat) atau Jambi, lalu masuk ke pedalaman Bengkulu lewat pegunungan.
  • Nama Rejang dipercaya berasal dari kata “Rjang” atau “Rejan” yang artinya gunung/pegunungan, sesuai dengan wilayah asal mereka yang berada di dataran tinggi.


📜 Sejarah Suku Rejang

  1. Masa Kuno
  2. Orang Rejang awalnya hidup sebagai komunitas pedalaman di hulu sungai dan lereng Bukit Barisan. Mereka mengandalkan pertanian ladang, berburu, serta hasil hutan.
  3. Pengaruh Sriwijaya (abad 7–13)
  4. Wilayah Bengkulu, termasuk Rejang, masuk ke dalam pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Meski begitu, masyarakat Rejang tetap mempertahankan adat pegunungan mereka yang berbeda dengan budaya pesisir.
  5. Masa Pasca-Sriwijaya
  6. Setelah runtuhnya Sriwijaya, daerah Rejang sempat berada di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan Melayu di Jambi dan Minangkabau. Hubungan ini terlihat dari kesamaan kosakata dan adat istiadat.
  7. Masa Kesultanan & Islamisasi
  8. Masuknya agama Islam ke wilayah Rejang terjadi melalui jalur perdagangan dan penyebaran dari Jambi serta Palembang. Namun, unsur adat lama masih melekat kuat sehingga terjadi akulturasi.

  1. Masa Kolonial Inggris & Belanda
  2. Bengkulu sempat dikuasai Inggris (abad 17–18) sebelum akhirnya diserahkan ke Belanda. Dalam catatan kolonial, suku Rejang digambarkan sebagai masyarakat pegunungan yang kuat memegang adat dan sulit dijajah.


🎭 Budaya dan Kehidupan Orang Rejang

  • Bahasa
  • Orang Rejang menggunakan bahasa Rejang yang unik banget. Menurut ahli linguistik, bahasa ini berbeda jauh dengan bahasa-bahasa Melayu lainnya, bahkan dianggap sebagai salah satu bahasa paling kuno di Sumatera.
  • Tulisan Rejang (Aksara Ka Ga Nga)
  • Suku Rejang punya aksara sendiri yang disebut Aksara Rejang atau Ka Ga Nga. Bentuknya mirip aksara kuno Nusantara seperti Batak dan Kawi. Aksara ini biasanya dipakai untuk menulis naskah adat atau mantra.
  • Rumah Adat
  • Mereka punya rumah panggung tradisional yang disebut Rumah Rejang, biasanya dari kayu dan beratap ijuk atau rumbia. Rumah ini cocok dengan kondisi alam pegunungan.
  • Sistem Sosial
  • Suku Rejang punya sistem adat yang sangat kuat. Salah satunya adalah aturan perkawinan yang cukup ketat, termasuk tradisi serawai (peminangan) dan aturan mahar yang khas.

  • Mata Pencaharian
  • Dulu bertani ladang (padi huma, kopi, karet), berburu, dan meramu hasil hutan. Sekarang banyak juga yang merantau dan bekerja di berbagai bidang.


✨ Keunikan Suku Rejang

  1. Bahasa Tertua di Sumatera Selatan
  2. Bahasa Rejang dianggap berbeda dengan rumpun bahasa Melayu lain, bahkan ada teori kalau ini salah satu bahasa Austronesia paling tua di Nusantara bagian barat.
  3. Punya Aksara Sendiri
  4. Aksara Ka Ga Nga adalah identitas khas orang Rejang, yang sampai sekarang masih dipelajari dan dilestarikan.
  5. Adat Perkawinan Kuat
  6. Dalam perkawinan, ada aturan adat seperti belis (mas kawin), dan pelanggarannya bisa kena sanksi adat.
  7. Karakter Orang Rejang
  8. Mereka dikenal gigih, mandiri, dan teguh memegang adat, tapi juga ramah kepada pendatang.

  1. Masyarakat Pegunungan
  2. Berbeda dengan suku pesisir, orang Rejang punya gaya hidup yang lebih tertutup, sangat bergantung pada alam pegunungan, dan menjaga hutan serta sungai sebagai bagian penting kehidupan.



Suku Rejang adalah salah satu suku tua di Sumatera Selatan yang sampai hari ini masih menjaga adat dan identitas mereka. Dari bahasa kuno, aksara khas Ka Ga Nga, sampai sistem adat yang kuat, semuanya jadi bukti kalau mereka punya peran besar dalam sejarah budaya Bengkulu.

Mereka bukan cuma “orang gunung” di lereng Bukit Barisan, tapi juga penjaga warisan budaya tua yang masih hidup hingga sekarang.

Posting Komentar

0 Komentar